sebuah dari ponorogo (Reog Ponorogo)
Setelah
sebelumnya mempublikasikan Kota damai Ponorogo sekarang saatnya mempublikasikan keseniannya yang sudah
mendunia yakni kesenian Reog. (evilgrin) Sudah tidak asing lagi sepertinya jika kita
mendengar reog
pastinya ingat ponorogo begitu juga sebaliknya. Kesenian asli indonesia ini sempat diangkat oleh Limbad dalam Duel Mahakarya
Magician Dunia yang diadakan dalam menyambut ulang tahun RCTI ke-21 kemarin.
Sejarah
dari kesenian Reog
ini bermula pemberontakan Ki Ageng Kutu, seorang abdi kerajaan Majapahit pada abad
ke-15 dimana pada masa itu kerajaan Majapahit dibawah kekuasaan Bhre
Kertabhumi yang merupakan raja terakhir kerajaan Majapahit. Ki Ageng Kutu murka
terhadap perilaku rajanya yang korup, ia pun melihat bahwa kekuasaan Kerajaan
Majapahit tak lama lagi akan berakhir. Ia pun pergi meninggalkan kerajaan dan
mendirikan sebuah perguruan Seni Bela Diri dengan harapan dapat memunculkan
bibit-bibit yang dapat memegang kekuasaan Majapahit kelak. Sadar bahwa pasukan
yang dimilinya tidak mampu menandingi pasukan Majapahit maka pesan Politis Ki Ageng Kutu pun disampaikan melalui pertunjukan Reog.
Pagelaran Reog
dimanfaatkan Ki Ageng Kutu untuk membangun perlawanan masyarakat terhadap
kerajaan.
Dalam
pertunjukan kesenian Reog
ini ditampilkan topeng berbentuk kepala singa yang biasa disebut “Singo
Barong”, raja hutan yang menjadi simbol Kertabumi, dan diatasnya ditancapkan
bulu-bulu merak hingga menyerupai kipas raksasa yang menyimbolkan pengaruh kuat
para rekan Cinanya yang mengatur dari atas segala gerak-geriknya. Jatilan, yang
diperankan oleh kelompok penari gemblak yang menunggangi kuda-kudaan menjadi
simbol kekuatan pasukan Kerajaan Majapahit yang menjadi perbandingan kontras
dengan kekuatan warok. topeng badut merah yang menjadi simbol untuk Ki Ageng
Kutu, sendirian dan menopang berat topeng singobarong yang mencapai lebih dari
50kg hanya dengan menggunakan giginya. Dan akhirnya Reog
Ki Ageng Kutu menyebabkan Kertabumi menyerang perguruannya, pemberontakan oleh
warok dengan cepat diatasi, dan perguruan dilarang untuk melanjutkan pengajaran
akan warok. Namun murid-murid Ki Ageng kutu tetap melanjutkannya secara
diam-diam. Walaupun begitu, kesenian Reognya sendiri masih diperbolehkan untuk
dipentaskan karena sudah menjadi pertunjukan populer diantara masyarakat, namun
jalan ceritanya memiliki alur baru dimana ditambahkan karakter-karakter dari
cerita rakyat Ponorogo yaitu Kelono Sewondono, Dewi Songgolangit, and Sri
Genthayu.
Versi
resmi alur cerita Reog Ponorogo kini adalah cerita tentang Raja Ponorogo yang berniat melamar putri Kediri, Dewi Ragil Kuning, namun
ditengah perjalanan ia dicegat oleh Raja Singabarong dari Kediri. Pasukan Raja
Singabarong terdiri dari merak dan singa, sedangkan dari pihak Kerajaan Ponorogo Raja Kelono dan Wakilnya Bujanganom, dikawal oleh warok
(pria berpakaian hitam-hitam dalam tariannya), dan warok ini memiliki ilmu
hitam mematikan. Seluruh tariannya merupakan tarian perang antara Kerajaan
Kediri dan Kerajaan Ponorogo, dan mengadu ilmu hitam antara keduanya, para penari dalam
keadaan ‘kerasukan’ saat mementaskan tariannya
Berikut karakter-karakter dalam Kesenian
Reog Ponorogo
- Topeng berbentuk kepala singa yang dikenal sebagai “Singo Barong“, raja hutan, yang menjadi simbol untuk Kertabumi, dan diatasnya ditancapkan bulu-bulu merak hingga menyerupai kipas raksasa yang menyimbolkan pengaruh kuat para rekan Cinanya yang mengatur dari atas segala gerak-geriknya.
- Jatilan, yang diperankan oleh kelompok penari gemblak yang menunggangi kuda-kudaan menjadi simbol kekuatan pasukan Kerajaan Majapahit
- Pujangganong atau Bujangganong adalah penari dan tarian yang menggambarkan sosok patih muda ( Patihnya Klana Sewandana) yang cekatan, cerdik, jenaka, dan sakti. Sosok ini digambarkan dengan topeng yang mirip dengan wajah raksasa, hidung panjang, mata melotot, mulut terbuka dengan gigi yang besar tanpa taring, wajah merah darah dan rambut yang lebat warna hitam menutup pelipis kiri dan kanan.
- Klana Sewandana atau Klono : Penari dan tarian yang menggambarkan sosok raja dari kerajaan Bantarangin ( kerajaan yang dipercaya berada di wilayah Ponorogo zaman dahulu. Sosok ini digambarkan dengan topeng bermahkota, wajah berwarna merah, mata besar melotot, dan kumis tipis. Selain itu ia membawa Pecut Samandiman; berbentuk tongkat lurus dari rotan berhias jebug dari sayet warna merah diseling kuning sebanyak 5 atau 7 jebug.
- Warok Suromenggolo. Dalam pentas, sosok warok lebih terlihat sebagai pengawal/punggawa raja Klana Sewandana (warok muda) atau sesepuh dan guru (warok tua). Dalam pentas, sosok warok muda digambarkan tengah berlatih mengolah ilmu kanuragan, digambarkan berbadan gempal dengan bulu dada, kumis dan jambang lebat serta mata yang tajam. Sementara warok tua digambarkan sebagai pelatih atau pengawas warok muda yang digambarkan berbadan kurus, berjanggut putih panjang, dan berjalan dengan bantuan tongkat.